Gaya Gubernur Jokowi dalam memimpin Jakarta selama 13
hari ini menjadi “trending topics” di semua kalangan,di warung-2
Jakarta juga banyak diomongin oleh rakyat kecil,berita tentang teroris
yang ditangkap Densus 88 pun kalah dengan berita blusukan kampung
Gubernur Jokowi. Semuanya mengelu-elukan cara turba (= turun kebawah)
model Jokowi yang beda banget dengan gaya turba pejabat-2 zaman Orba
yang seperti “pahlawan kesiangan” dan cenderung dipamerkan seolah “sok”
perhatian sama rakyat kecil,padahal habis turba tidak ada tindak
lanjutnya apapun.
Nah,gaya ini kemudian menjadi perbincangan hangat di media,warung
kopi,dsb….! Para Kepala Daerah diharapkan mampu seperti Jokowi-Ahok
dalam memimpin daerahnya. Sekarang ini sudah mulai bermunculan para
calon kepala daerah turun ke lapangan seperti Jokowi-Ahok pada musim
Pilkada. Namun,karena mereka masih didominasi oleh politikus tulen yang
latar belakangnya bukan pengusaha dari bawah,maka kebanyakan yang
dilakukan adalah untuk pencitraan belaka. Gaya meniru mereka lebih
dipaksakan,bukan karena memang timbul dari niat yang baik dan berlatar
belakang mencintai rakyat dengan mensejahterakan mereka,tetapi niatnya
adalah untuk meraih kekuasaan untuk mensejahterakan dirinya sendiri.
Kepribadian yang “all-out” untuk rakyat masih sulit ditemukan pada diri
para peniru gaya Jokowi-Ahok ini. Sekarang sedang bermunculan calon-2
pemimpin daerah yang mempunyai latar belakang bagus,salah satunya adalah
Wagub Jawa Tengah yang tengah digadang-gadang untuk maju sebagai Calon
Gubernur Jawa Tengah,khabarnya yang bersangkutan juga mempunyai “track
record” sangat bagus waktu menjabat sebagai Bupati Kebumen. Demikian
pula si “Oneng” dan tokoh LSM anti korupsi yang sedang berebut tempat
menjadi Cagub-cawagub Jawa Barat,dengan “track record” mereka diharapkan
dapat meraih kepercayaan rakyat Jawa Barat. Tentu saja hal ini akan
menggembirakan buat rakyat jelata,harapannya nasib mereka betul-2 bisa
berubah dengan kepemimpinan mereka kelak. Rakyat bukan lagi jadi
komoditas politik yang diperlukan pada waktu Pilkada,tetapi kemudian
dilupakan dan nasib tidak berubah dari tahun ke tahun, namun rakyat
benar-2 bisa mendapatkan perubahan untuk sesuatu yang baru. Seperti
slogan Jokowi-Ahok waktu itu “Jakarta Baru”…..
Meniru memang gampang,tetapi pada dasarnya meniru itu bisa sukses bila
si peniru berkepribadian kurang lebih sama dengan Jokowi-Ahok….! Jika
tidak,maka mereka hanya melakukan pencitraan saja…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar